Apakah ada dalil 4 bulanan dan 7 bulanan kehamilan dalam islam?. Kita sudah tidak asing dengan tradisi selamatan empat bulan an dan juga tujuh bulanan kehamilan yang sudah turun temurun dilaksanakan orang jawa. Dan saat menyelenggarakan tradisi ini dari pihak keluarga wanita yang hamil mempersiapkan kupat(ketupat) dan juga lepet .
Selain mempersiapkan kupat dan lepet mereka akan mendoakan bayi yang berada di dalam kandungan dengan membaca surah –surah Al Quran yang sudah di tentukan. Sperti surah Yusuf,
Maryam,Luqman,Arrahman,Alwaqiah,Al Mulk, Muhammad, Al Muzammil dan juga yasin.
Tasyakuran pengajian 4 bulanan dan juga 7 bulanan ini tidak ada dalilnya , ibadah yang di jelaskan diatas adalah tradisi turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia yang dulunya Negara Indonesia ini masih mayoritas beragama hindu. Dan tradisi ini tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah dan juga para sahabat. Dan bagi kita seorang yang beragama muslim di haruskan untuk meninggalak an dan tidak menjalankan semua perkara yang baru yang tidak ada tuntutan dari Rasulullah dan juga para sahabat beliau. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Barang Siapa yang mengada –ada ( memperbuat sesuatu yang baru) di dalam urusan kami ini ( agama) sesuatu yang Bukan bersumber padanya ( tidak disyari’atkan ), maka ia tertolak.”( HR.Al – Bukhari).
Ada juga hadist lain yang berbunyi:
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang di antara kalian di himpun di dalam perut ibunya salam empat puluh hari berupa mani, kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu sama, kemudian menjadi segumpal daging juga dalam waktu yang sama. Setelah itu malaikat diurus untuk meniupkan roh ke dalamnya dan di perintahkan untuk mencatat empat perkara: mencatat rezekinya, ajalnya, perbuatannya, dan celaka ataukah bahagia. ( HR.Bukhari dan Muslim).
Hadist –hadist diatas tidak ada anjuran untuk melakukan tasyakuran kehamilan 4 dan 7 bulanan. Namun hadist itu menjelaskan proses penciptaan janin diperut seorang ibu , penulisan takdir dan lain sebagainya.
Sebagai hamba allah yang paling sempurna kita di wajibkan untuk selalu merasa bersyukur akan nikmat yang diberikan. Bersyukur dengan mngcapkan dengan lisan, hati ,ataupun perbuatan. Tetapi dilarang dengan membuat tata cara dan waktu –waktu yang di tentukan sendiri yang dimana perkara tersebut Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam dan juga tidak pernah di kerjakan oleh para sahabatnya.