Bisnis Makanan Halal menjanjikan selama pandemi. Ditengah pandemi di tahun 2020 sampai dengan 2022 pandemi sudah mulai agak mereda. Masyarakat dunia mau tidak mau harus menyeleksi setiap makanan dan minuman yang mereka beli. Apakah higienis , sesuai dengan standar kebersihan dalam mengolah makanan dan juga minuman.
Umat muslim tentunya sudah menerapkan yang namanya kebersihan dari aspek apapun . seperti makanan dan minuman yang akan dijual ataupun yang akan dibeli, mereka tentunya akan membeli makanan yang halal dan sudah bersertifikat halal.
Diketahui di mata global, makanan halal merupakan telah memenuhi standar mutu, kebersihan dan keamanan. Masa pandemi makanan halal sudah menjadi kebutuhan masyarakat , dan telah menjadikan makanan halal sebagai gaya hidup masyarakat dunia. Tidak hanya penduduk yang beragama muslim saja, tetapi masyarakat yang non muslim juga sudah menjadi konsumen industri makanan halal.
Konsumsi produk makanan halal pertahun selama pandemic terus semakin melonjak lantaran populasi masyarakat mulai bertambah dan pendapatan domestik produk atau pdb semakin naik.
Diketahui melalui Bank Indonesia yang menilai kalau bisnis makanan halal (halal food) menjadikan sebuah peluang bisnis di tengah melandanya pandemic COVID !9 yang lumayan cukup menjanjikan, untuk dalam negeri maupun luar negeri.
Hari Widodo seorang kepala Bank Indonesia perwakilan dari sumatera selatan menyatakan indonesia merupakan Negara yang penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia sampai saat ini belum melakukan potensi ini secara maksimal.
Islam Mengajarkan untuk selalu mengkonsumsi makanan, minuman dan rezeki yang halal adapun pengaruh makanan yang haram sebagai berikut:
Pertama : makanan haram mempengaruhi Do’a
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada Sa’ad,
“Perbaikilah makananmu, maka doamu akan mustajab.” (HR. Thabrani dalam Ash Shaghir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if jiddan sebagaimana dalam As Silsilah Adh Dha'ifah 1812)
Ada yang bertanya kepada Sa’ad bin Abi Waqqash,
“Apa yang membuat doa mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?” “Saya tidaklah memasukkan satu suapan ke dalam mulutku melainkan saya mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar,” jawab Sa’ad.
Dari Wahb bin Munabbih, ia berkata,
“Siapa yang bahagia do’anya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya.”
Dari Sahl bin ‘Abdullah, ia berkata,
“Barangsiapa memakan makanan halal selama 40 hari, maka doanya akan mudah dikabulkan.”
Yusuf bin Asbath berkata,
“Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”
Kedua : Rizki dan makanan halal mewariskan amalan sholeh
Rizki dan makanan yang halal adalah bekal dan sekaligus pengobar semangat untuk beramal shaleh. Buktinya adalah firman Allah Ta’ala,
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thayyib (yang baik), dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mu’minun: 51). Sa’id bin Jubair dan Adh Dhahhak mengatakan bahwa yang dimaksud makanan yang thayyib adalah makanan yang halal (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 10: 126).
Ketiga: Makanan halal dapat sebagai pencegah dan penawar berbagai penyakit
Allah Ta’ala berfirman,
“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang hanii’ (baik) lagi mariya (baik akibatnya).” (QS. An Nisa’: 4).