Apakah daging Kurban Harus Dicuci? Untuk permasalah daging kurban atau daging yang lainnya di jelaskan oleh Dr .drh. Annynta ina Rohi detha , M.Si untuk daging ada yang sebaiknya dicuci dahulu dan ada juga kondisi tertentu tidak perlu dicuci.
Dari pemakaiannya
- Dicuci Kalau mau di olang langsung
Untuk daging yang akan diolah atau dimasak langsung alangkah baiknya untuk melakukan pencucian dahulu.
Annytha mengatakan kalau daging yang akan dimasak dengan proses pemasakan atau pengasapan atau juga teknik pengolahan lainnya memang sebaiknya dicuci. Tetapi bila daging belum mau diolah atau dimasak dan masih disimpan yang baiknya dan jangan dicuci.
- Kalau disimpan jangan mencuci daging
Kalau daging tersebut ingin kalian simpan dan tidak ingin kalian olah dalam waktu yang dekat, lebih baik daging jangan kalian cuci , karena disaat proses pencucian akan dikhawatirkan bisa memicu terjadinya suatu hal yang tidak kalian inginkan.
“ Karena bisa jadi air yang menjadi sumber kontaminasi silang, dikhawatirkan air membawa mikroba patogen yang menjadi kontaminasi silang ke daging “ kata Annytha.
Dalam menjalankan ibadah kurban yang diharapkan bukanlah daging atau darah yang utama setelah menyembelih hewan. Tetapi yang paling penting adalah Takwa dan keikhlasan kita.
Allah Berfirman ,
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)
Kata Syaikh As Sa’di mengenai ayat di atas, “Ingatlah, bukanlah yang dimaksudkan hanyalah menyembelih saja dan yang Allah harap bukanlah daging dan darah kurban tersebut karena Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan Dialah yang pantas diagung-agungkan. Yang Allah harapkan dari kurban tersebut adalah keikhlasan, ihtisab (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya) dan niat yang sholih. Oleh karena itu, Allah katakan (yang artinya), “Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridho-Nya”. Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berkurban yaitu ikhlas, bukan riya’ atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan. Inilah yang mesti ada dalam ibadah lainnya. Jangan sampai amalan kita hanya nampak kulit saja yang tak terlihat isinya atau nampak jasad yang tak ada ruhnya.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 539).
Apakah kita sudah menjalankan ibadah Kurban tersebut dengan tujuan meraih takwa? Kemungkinan niat kita yang kurang benar karena mau memamerkan harta dengan hewan kurban yang begitu besar yang untuk disembelih? Dan hati-hati dengan niat yang tidak ikhlas.
Dalam menjalankan amalan yang jelek dan tidak ikhlas diterangkan dalam hadits berikut.
Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgor adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ (HR. Ahmad 5: 429. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Hadits diatas menyatakan kalau dalam mengerjakan sesuatu beribadah selalu mengharapkan ridho nya allah Ta’ala bukan selain darinya. Supaya semua amalan yang kita lakukan akan diterima oleh allah Subhanahu wata’ala