Berbohong Termasuk Dosa Besar Yang Disepelekan

  • 02 February 2022
  • Admin

Berbohong Termasuk Dosa Besar Yang Disepelekan Kita di masyarakat pasti tidak asing dengan perkataan ini ‘Mulutmu Harimaumu’ kata tersebut bukan tidak memiliki arti atau makna . tetapi itu adalah suatu istilah agar kita menjaga lisan agar tidak sembarangan mengucapkan sesuatu yang dimana perkataan itu bisa menjadi malapetaka pada diri kita.

Berbohong atau dusta   merupakan suatu perbuatan yang haram dan juga terlarang , dimana berbohong bisa membuat si pelakunya  jauh dari  keimanan.

 Dari  al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menukil perkataan dari  Ibnu Baththal rahimahullah , yaitu : “Apabila seseorang mengulang-ulang kedustaannya hingga berhak mendapat julukan berat sebagai pendusta, maka ia tidak lagi mendapat predikat sebagai mu’min yang sempurna, bahkan termasuk berpredikat sebagai orang yang bersifat munafik..

Karena itulah, setelah mengetengahkan hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu tersebut, Imam Bukhari melanjutkannya dengan mengetengahkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu tentang tanda-tanda orang munafik.”

 Sebagai muslim yang pastinya sangat menginginkan keselamatan, diwajibkan untuk menjaga lisannya yang bisa membawa dirinya dari kecelakaan . lebih baik diam dari perkataan yang buruk merupakan keselamatan, dan keselamatan itu tidak ada bandingannya.. jika kita bisa menjaga lisan akan ada jaminan surga dari nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam , berikut sabdanya:

“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya”  (  HR. Al-Bukhâri, no. 6474; Tirmidzi, no. 2408; lafazh ini dari Shahih Al-Bukhâri)

 Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata: “Aku bertanya, wahai Rasûlullâh, apakah sebab keselamatan?” Beliau menjawab:  “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu”. ( HR. Tirmidzi, no.2406; dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 890 dan 891)

Orang yang suka berbohong sepelekan , dalam masyarakat kita padahal berbohong atau dusta memiliki ancaman dengan berbagai siksaan nanti di akhirat. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Kedua laki-laki itu berkata, “Ayo berangkat, ayo berangkat!”. Kemudian kami berangkat, lalu kami mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang. Dan ada laki-laki lain yang sedang berdiri di dekatnya membawa gancu besi. Lalu laki-laki itu mendatangi satu sisi wajahnya lalu merobek ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, dan merobek hidungnya sampai ke tengkuknya, dan merobek matanya sampai ke tengkuknya”. 

 Setelah itu kedua laki – laki tersebut memberi penjelasan kepada nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,  Tentang orang yang mendapat siksa  di atas:

Adapun laki-laki yang engkau datangi,  ujung mulutnya dirobek sampai ke tengkuknya, dan hidungnya dirobek sampai ke tengkuknya, dan matanya dirobek sampai ke tengkuknya, dia adalah orang yang keluar dari rumahnya, lalu dia berdusta dengan kedustaan yang mencapai segala penjuru.”  (HR. Bukhari, no. 7047)

Adakah Bohong atau dusta yang dibolehkan?

Ada berbohong yang dibolehkan ketika berbohong menjadi Rukhsoh atau keringanan dikarenakan adanya maslahat yang besar.

Ada hadits yang menyebutkan :

Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan diantara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih, -pen).”

Ibnu Syihab berkata, “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” (HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim).