Menghapus doa dengan memaafkan dan Meminta Maaf. Kita bisa mengambil pelajaran dari hadits jabir bin Sulaim adalah perintah untuk mudahnya memaafkan kepada orang lain
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan wasiat pada jabir Bin Sulaim,
Artinya : “Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Sudah pasti akan terasa sulit dan sangat berat bagi hati kalau ada yang melakukan kesalahan pada kita , terus tidak terbalaskan. Pastinya kita memiliki suatu keinginan untuk melakukan balas dendam. Tetapi coba kita lihat begitu mulianya Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita . di saat kita dipermalukan dan dihina, kita tidak usah membalasnya dengan menghina dan mencela mereka, meskipun kita mengetahui ada kekurangan yang terdapat pada orang tersebut dan kita yakin bisa menjatuhkan nya. Kita bIarkan saja perbuatannya yang jelek seperti mencela dan menjatuhkan orang lain , nantinya akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengenai hadits yang disebutkan diatas, “ Hendaklah setiap orang memiliki sifat mudah memaafkan yang lain. Tidak semua isu yang sampai ke telinganya, ia terima mentah-mentah, lantas ia membenci orang yang menyuarakan isu yang tidak menyenangkan tersebut. Hendaklah setiap orang memiliki sifat pemaaf. Karena Allah sangat menyukai orang yang memiliki sifat mulia tersebut, yang mudah memaafkan yang lain. Lantaran itu, ia akan diberi ganjaran. Karena jika dibalas dengan saling mempermalukan dan menjatuhkan, pasti konflik yang terjadi tak kunjung usai. Permusuhan akan tetap terus ada. Jika malah dibalas dengan diam, maka rampunglah perselisihan yang sedang berkecamuk.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 297).
Meminta maaf
Untuk orang yang memiliki amal shalih, harusnya memiliki sifat seperti ini yaitu sifat untuk selalu merasa penuh dengan kekurangan , yang bisa selalu semangat dalam memperbaiki amalan.
Terdapat pelajaran yang bisa kita ambil dari doa lailatul qadar sebagai berikut :
Artinya : Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa'fu anni (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–).” (HR. Tirmidzi, no. 3513; Ibnu Majah, no. 3850. Abu ‘Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih). Hadits ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada Allah”.
Maksud dari “innaka ‘afuwwun” adalah Engkau (Ya Allah) yang banyak memberi maaf’. Demikian kata penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi.
Ibnu Rajab rahimahullah juga memberi penjelasan menarik
Artinya: “ Sesungguhnya perintah memohon al-‘afwu pada malam lailatul qadar setelah kita bersungguh-sungguh beramal di dalamnya dan di sepuluh hari terakhir Ramadhan, ini semua agar kita tahu bahwa orang yang arif (bijak) ketika sungguh-sungguh dalam beramal kemudian ia tidak melihat amalan yang ia lakukan itu sempurna dari sisi amalan, keadaan, maupun ucapan. Karenanya ia meminta kepada Allah al-‘afwu (pemaaf) seperti keadaan seseorang yang berbuat dosa dan merasa penuh kekurangan.”
Semoga kita selalu menjadi seseorang yang bisa memaafkan dan meminta maaf dan kita merasa selalu merasa penuh kekurangan supaya kita selalu terus berusaha memperbanyak amalan kebaikan dan selalu meminta ampun kepada allah Subhanahu wa ta'ala.