Muhasabah dan 3 Aspeknya dalam Ajaran Islam, Di dalam ajaran Islam kita mengenal istilah Muhasabah dalam menjalankan aktivitas sehari hari. Lantas seperti apa makna dari muhasabah tersebut.? Berikut makna dan aspek dari muhasabah dalam ajaran Islam.
Berdasarkan buku Mukjizat Sabar Syukur Ikhlas yang ditulis oleh Badrul Munier Buchori, muhasabah berasal dari bahasa Arab, yakni berakar dari kata haasaba yuhaasibu. Kata tersebut diambil dari hasiba, hasibtusy syai-a, hasibullah husbaanan, dan hisaaban yang mengandung makna jika engkau menghitungnya. muhasabah seringkali diartikan sebagai introspeksi diri atau evaluasi diri.
Jadi, muhasabah adalah menghitung perjalanan hidup kita untuk mengetahui perbandingan antara amal baik dan keburukan yang telah kita lakukan.
Rasulullah SAW menyebut orang yang pandai adalah orang-orang yang melakukan muhasabah. Dari Syadad bin Aus RA, Rasulullah bersabda,
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: "Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT," (HR. Imam Turmudzi).
Selain itu, sahabat Nabi, Umar bin Khattab pernah menganjurkan umat muslim untuk bermuhasabah diri sebelum hari penghisaban tiba. Ia berkata,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
Artinya: "Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia."
Berdasarkan penjelasan di atas, muhasabah tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tetapi juga bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia. Sebab itulah, kita perlu memahami aspek apa saja yang perlu dimuhasabahi.
Aspek Muhasabah dalam Islam
1. Aspek ibadah
Allah berfirman dalam surat Adz Dzariyat ayat 56,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
2. Aspek pekerjaan, usia, dan rezeki
Dari Ibnu 'Abbas Ra Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang, ia bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu."
3. Aspek kehidupan sosial
Aspek kehidupan sosial yakni hubungan kita dengan sesama manusia. Rasulullah bersabda,
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?" Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki harta benda."
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umat hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang membawa dosa kedzaliman. Ia tidak pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, meminta harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan melawan orang itu.
Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya ini, diberikanlah diantara menguntungkannya si ini, si anu dan si itu. Sampai selesai istimewa telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, (HR Muslim no. 6522).