Shalat tarawih dari kesepakatan para ulama mempunyai hukum sunnah. Sholat tarawih sebenarnya sama dengan sholat tahajud, tetapi terkhusus untuk di bulan suci Ramadhan sholat tahajud dilakukan di awal waktu setelah sholat fardhu isya, makanya dibilang sholat tarawih. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan dalam Lathoif Al Ma’ arif .
“ Ketahui lah bahwa seorang mukmin di bulan Ramadhan memiliki dua jihadun Nafs (jihad pada jiwa) yakni jika pada waktu siang hari dengan menjalankan ibadah puasa dan Jihad di waktu malam hari dengan menjalankan ibadah shalat malam. Barang siapa yang menjadikan satu dua ibadah ini, maka akan mendapatkan pahala yang tidak terhingga.
Dalam menjalankan sholat Tarawih raka’atnya bisa 11 ataupun 23 . Ibnu ‘ Abdil Barr rahimullah mengatakan, “ sesungguhnya shalat malam tidak memiliki batasan jumlah raka’ at tertentu. Shalat malam adalah shalat nafilah (yang dianjurkan), termasuk amalan dan perbuatan baik . Siapa saja boleh mengerjakan sedikit raka’ at. Siapa yang mau juga boleh mengerjakan dengan jumlah raka’at yang banyak. “ ( At Tamhid, 21/70).
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam di Tanya mengenai shalat malam, beliau menjawab, yang artinya:
“ Shalat malam itu dua raka’at – dua raka’ at. Jika salah seorang diantara kalian takut masuk waktu subuh, maka kerjakan lah satu raka’ at. Dengan itu berarti kalian menutup shalat tadi dengan witir.” ( HR. Bukhari no 990 dan Muslim no 749).
Al Baaji rahimullah mengatakan, “ Boleh jadi ‘ Umar memerintah kan para sahabat untuk melaksana kan shalat malam sebanyak 11 raka’at. Tetapi beliau memerintah kan seperti ini di mana bacaan tiap raka’ at begitu panjang dalam shalat adalah shalat yang lebih afdhol. Ketika manusia semakin lemah, “ Umar kemudian memerintahkan para sahabat untuk shalat sebanyak 23 raka’ at yaitu dengan raka’at yang ringan –ringan. Dari sini mereka bisa mendapat sebagian keutamaan dengan menambah jumlah raka’at. “ (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 27/142)
Ulama besar Syafi’iyah, An Nawawi telah menjelaskan hadist “ shalat sunnah malam dan siang itu dua raka’at ,dua raka’at”, beliau rahimullah mengatakan. “ yang di maksud hadist ini adalah bahwa yang lebih afdhol adalah mengerjakan shalat dengan setiap dua raka’at salam baik dalam shalat sunnah di malam atau siang hari. Disini di sunnah kan untuk salam setiap dua raka’at. Tetapi jika menggambungkan seluruh raka’at yang ada dengan sekali salam atau mengerjakan shalat sunnah dengan satu raka’at saja, maka itu di bolehkan menurut kami.” ( Al Minhaj Syarh Shahih Muslim , 6 : 30).